19 February 2013

AL-QURAN TERJEMAH ANAKKU



Hari ini seperti biasanya, tak banyak berubah. Rutinitas masih saja menjadi menu sehari-hari. Pagi berangkat kerja, beraktivitas, pulang. Tidak terasa 12 tahun sudah rutinitas ini aku jalani. Kadang letih begitu mendera tubuh ini. Apa yang sebenarnya yang aku cari selama ini. Hidup begitu monoton, nyaris tanpa hiasan…, GERSANG !. Sisa umur rasanya tinggal sejengkal, tetapi belum satu karya pun yang bisa aku persembahkan bagi orang-orang yang ada di sekelilingku. Ah…, apa memang harus seperti ini ? Apakah rasa ini juga pernah dirasakan oleh orang lain ? atau hanya aku saja yang kebetulan hari ini agak sentimentil karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan ?
“Bapak….”, tiba-tiba suara anak perempuan menyentak meMbuyarkan lamunanku. Anakku.., yah dia adalah perempuanku satu-satunya (saat ini) buah perkawinanku dengan istriku. Dengan agak malas-malasan ku gerakkan tubuhku yang sedari tadi terkulai di kursi tamuku yang sudah mulai kelihatan lusuh.
“Ada apa nak.., kamu mengagetkan bapak saja”
“Pak.., aku beliin Al-Quran terjemah yang kecil ya pak, sebab teman-temanku sudah punya semua. Tinggal aku yang belum punya” kata anakku sambil bersungut manja, menggelayut di pundakku. Sejenak aku tertegun dengan permintaan anak semata wayangku. Bukan karena harganya, bukan pula karena memang kebiasaan anakku yang selalu harus dituruti permintannya. AL-QURAN !. Kata itu yang mengusik jiwaku. Sudah berapa banyak uang yang aku belanjakan, sudah berapa tempat rekreasi yang pernah aku kunjungi, tetapi rasanya aku belum pernah membeli sebuah buku yang disebut “AL-QURAN”.
Duh Gusti….., mungkinkah ini caramu untuk mengembalikan hamba-Mu untuk kembali membaca kalimat-kalimat-Mu ? Sekian lama aku larut dengan urusan-urusan dunia sampai aku lupa akan semua firman-Mu. Maafkan hamba-Mu ya Rabb…, terlalu lama aku selingkuhi engkau dengan gemerlapnya dunia yang serba semu ini…,
“Bapak kok malah diam….??? Ayo beliin sekarang !!
Lagi-lagi aku dikagetkan oleh rengek bidadari kecilku. “Iya…, nanti bapak beliin ya…!” ucapku seraya memeluknya. “Pokoknya sekarang ya sekarang…titik” celetuk anakku yang mulai tidak sabar. Akhirnya kuambil dompet lusuhku dari saku celana, kuambil satu lembar 50 ribuan lalu ku berikan anakku. “Ini…, nanti kamu beli sama Ibu ya…..”. “Asyiiiik.., terima kasih Pak, Bapak memang ayah nomer satu” celoteh anakku kegirangan. Aku hanya bisa tersenyum getir melihat kegirangannya. Betapa anak sekecil itu sudah memikirkan kebutuhan rohaninya. Sementara aku, bapaknya…, terlalu larut dengan urusan sahwat duniawiyah belaka. Dalam hati aku merasa malu dengan anakku.
Hari beranjak senja. Panggilan Sholat maghrib mulai membahana seantero Kota Solo. Sementara aku masih saja terngiang-ngiang tentang permintaan anaku siang tadi. Yah…, Alquran yang seharusnya menjadi AL-HUDA (pentujuk) jalanku, hampir tidak pernah aku jamah lagi, apalagi membacanya.  Tiba-tiba kerinduanku pada Al-Quran menyeruak diantara tulang belulangku. Begitu ngilu bibir ini tanpa ucapan kalimat thoyibah dari Al-Quran. Mata ini seolah rabun tanpa membacanya.
Perlahan aku bangkit dari tempat dudukku. Aku berjalan menuju kamar mandi, kubasuh badan ini…, kuambil air wudlu. Aku sholat maghrib sendirian…, kawatir kalau istriku tahu kegundahanku. Begitu dalam aku larut dalam doa dan dzikirku…, tak terasa sajadahku basah kuyup oleh air mataku.
“Ya Allah….., aku tidaklah layak masuk di syurga-Mu, tetapi aku juga tidak mungkin kuat berada di neraka-MU…, “
“Ya Allah…., aku adalah termasuk orang-orang yang medholimi diri sendiri, jika tidak Engkau ampuni.., maka aku termasuk orang yang merugi”
Sayup-sayup dari kamar anakku terdengar dia membaca terjemahan Surat An-Naba…..
“Dan kami menjadikan tidurmu untuk istirahat (9)”
“Dan kami menjadikan malam sebagai pakaian (10)”
“Dan kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan (11)”
Ayat-ayat itu.., rasanya Allah kembali mengingatkan aku melalui anakku. Sebab, selama ini aku tidak perduli siang atau pun malam hanya kerja, kerja dan kerja. Tetapi ketengan itu tak pernah aku dapatkan. Dengan Al-quran Terjemah anakku.., aku mulai sadar bahwa dunia ini tidak selayaknya kita cintai melebihi cinta kita pada yang menciptakan dunia.

Solo, 18 Februari 2013

5 comments:

Silakan beri komentar yang membangun...