15 September 2009

IEDUL FITRI, ANTARA SAR'I DAN "KEBIASAAN"


Tidak terasa hari yang Fitri tahun 1430 H akan segera tiba. Itu berarti, Ramadhan yang penuh rahmad, penuh ampunan, dan pembebasan api neraka telah berlalu meninggalkan kita semua. Dan begitu akan berjalan, dan selalu begitu. Ada yang datang, pasti ada pula yang ditinggalkan. Ini sudah menjadi hukum alam. Letak masalahnya bukanlah datang dan perginya, tetapi bagaimana kita memaknai setiap kedatangan dan kepergian itu. Di satu sisi datangnya bulan Syawal selalu memberikan harapan baru, motivasi baru untuk kehiduoan yang lebih baik untuk periode satu tahun kedepan. Sementara di sisi lainnya, kepergian bulan Ramadhan selalu juga meninggalkan berjuta-juta perntanyaan. Pertanyaan yang paling sering menggelayut di benak kita, bahkan satu tahun kedepan mungkin tetap akan berptar-putar di otak kita, adalah apakah selama satu bulan kemarin kita benar-benar telah menjadi orang yang berbeda setelah mengalami kehidupan kawah candradimuka? Apakah puasa kita telah benar2 seperti yang dikehendaki sang Khaliq ? atau hanya baru sekedar membatalkan kewajiban kita ?.

Setiap datang bulan syawal, selalu yang mengemuka adalah lebaran, baju baru, mudik, dan seabrek permasalahan yang sama sekali tidak bersinggungan dengan syariat. Namun demikian justru hal itulah yang populer. Dalam beberapasaat kita berperangai menjadi orang yang sombong tanpa kita sadari. Kegembiraan menyambut Iedul Fitri menjadikan seolah-olah kita telah benar-benar menjadi pribadi yang fitri, bahkan kadang dalam pikiran kita muncul anggapan bahwa di hari itu semua dosa-dosa yang telah kita lakukan diwaktu lampau habis ketika itu, hanya karena kita telah berpuasa, membayar zakat fitrah, dan amalan-amalan lain di bulan Ramadhan kemarin.

Kita tidak pernah mencoba berpikir bahwa apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan kemarin masih jauh dari harapan Syar'i, sehingga kita akan lebih berhati-hati satu tahun ke depan.

Justru ketika hari datang, kita menganggap hari untuk memulai membuat dosa baru. Naudzubillah.

Tapi, apa mau dikata, mungkin baru seperti ini kualitas kita. Semoga tulisan ini dapat sedikit memnggugah kesadaran kita. Bahwa tidak selayaknya kita berpesta pora, sementara dosa dan noda masih menempel di tubuh kita. Nanti ada saatnya pesta yang sebenarnya, yaitu di Jannah-Nya Allah SWT. Semoga

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar yang membangun...